Rabu, 26 Juni 2013

Kasus Vibrio parahaemolyticus Pada Seafood

Nama : Donny Sagita
Nim    : Ak 412012
Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari

          Vibrio parahaemolyticus (Vp) adalah bakteri halofilik Gram negatif yang merupakan flora normal dari daerah estuaria dan pantai. Bakteri ini tumbuh pada kadar NaCl optimum 3%, kisaran suhu 5 – 43°C, pH 4.8 – 11 dan aw 0.94 – 0.99. Pertumbuhan berlangsung cepat pada kondisi suhu optimum (37°C) dengan waktu generasi hanya 9–10 menit. Seafood yang merupakan produk hasil laut, memberikan semua kondisi yang dibutuhkan oleh Vp untuk tumbuh dan berkembang biak: keberadaan garam, nutrien yang baik serta pH dan aw yang cocok sehingga Vp sering terdapat sebagai flora normal di dalam seafood.

           Vp muncul secara musiman. Biasanya, pada musim panas Vp relatif mudah dideteksi pada air laut, sedimen, plankton, ikan, krustasea dan moluska yang merupakan tempat hidupnya di ekosistem. Mereka terkonsentrasi dalam saluran pencernaan moluska, seperti kerang, tiram dan mussel yang mendapatkan makanannya dengan cara mengambil dan menyaring air laut.

           Beberapa strain dari bakteri Vp, bersifat patogen dan merupakan penyebab utama dari penyakit gastroenteritis yang disebabkan oleh produk hasil laut (seafood), terutama yang dimakan mentah, dimasak tidak sempurna atau terkontaminasi dengan seafood mentah setelah pemasakan. Gastroenteritis berlangsung akut, diare yang tiba-tiba dan kejang perut yang berlangsung selama 48 – 72 jam. Masa inkubasi berkisar antara 8 – 72 jam dengan rata-rata sekitar 18 jam. Gejala lain yang dilaporkan dengan frekuensi yang berturut-turut menurun adalah mual, muntah, sakit kepala dan badan panas dingin. Pada sebagian kecil kasus, bakteri menyebabkan kerusakan (luka) pada mukosa usus sehingga tinja dari beberapa penderita selain mengandung bakteri, juga berdarah dan mengandung leukosit serta memicu terjadinya septisemia.

           Sejak tahun 1997, jumlah kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) yang disebabkan oleh Vp meningkat secara tajam di berbagai kawasan dunia. Terjadinya KLB ini telah teridentifikasi disebabkan oleh konsumsi seafood terutama tiram (oyster) mentah yang terkontaminasi oleh Vp. Sejak tahun 1997 tersebut, maka seafood terutama tiram dianggap sebagai jenis pangan yang penting diwaspadai dari aspek keamanan pangan. Strain Vp patogen penyebab gastroenteritis sangat beragam. Strain Vp patogen dengan serotype O3:K6 sejak tahun 1996 muncul menjadi sumber patogen baru penyebab keracunan pangan.

            Kasus keracunan karena mengkonsumsi pangan tercemar Vp, biasanya berlangsung secara musiman. Karena Vp biasanya muncul pada saat suhu lingkungan perairan di atas 15°C, maka kasus keracunan karena Vp biasa terjadi pada musim panas dimana suhu permukaan laut naik hingga mencapai di atas 15°C. Kasus keracunan karena Vp lebih banyak terjadi pada musim panas. Kondisi ini berkorelasi positif dengan prevalensi dan jumlah kontaminasi Vp pada sampel seafood lingkungan yang juga meningkat dengan meningkatnya suhu perairan. Tingkat salinitas air laut juga berpengaruh pada tingkat kontaminasi.

           Teknik analisis berpengaruh pada tingkat prevalensi dan tingkat isolasi Vp dari seafood. Untuk pengendalian tingkat kontaminasi didalam seafood, diperlukan pemilihan metode analisis yang lebih sensitifitas dengan waktu deteksi yang lebih cepat. Teknik analisis berdasarkan deteksi gen (tlh, tdh dan/atau trh) memberikan hasil yang lebih akurat untuk mendeteksi strain patogen dibandingkan dengan teknik MPN-konvensional yang berdasarkan pada reaksi biokimiawi.

            Beberapa faktor yang akan dilihat adalah faktor lingkungan, teknik analisis yang digunakan serta aspek penyimpanan dan penanganan seafood. Diharapkan, kajian ini dapat menjelaskan keterkaitan antara frekuensi isolasi Vp dari dalam seafood dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya dan dapat menjadi bahan masukan untuk pengembangan metode atau teknik pengendalian yang efisien untuk mengurangi resiko kontaminasi Vp dan menjamin keamanan pangan.


 Ilmupangan.blogspot.com/2010/04/kasus-vibrio-parahaemolyticus-di-dalam.html?m=1
myself-mypurple.blogspot.com/2012/01/2-bakteri-penyebab-travellers-disease.html?m=1
www.google.com/m?q=kasus+vibrio+parahaemolyticus+pada+seafood&client=ms-opera-mini&channel=new

Selasa, 25 Juni 2013

praktikum bakteri "pewarnaan kapsul"

DASAR TEORI
Beberapa jenis bakteri dan amoeba hijau-biru mengeluarkan bahan-bahan yang amat berlendir
dan lengket pada permukaan selnya, melengkungi dinding sel. bila bahan berlendir tersebut kompak dan tampak sebagai suau bentuk yang pasti (bundar/lonjong) maka disebut kapsul. kapsul dan lendir tidaklah esensial bagi kehidupan sel, tetapi dapat berfungsi sebagai makanan cadangan, perlindungan terhadap fagositosis (baik dalam tubuh inang maupun dialam bebas) atau perlindungan terhadap dehidrasi. kemampuan menghasilkan kapsul merupakan sifat genetis, tetapi produksinya sangat dipengaruhi oleh komposisi medium tempat ditumbuhkannya sel-sel yang bersangkutan.

Antanypina.blogspot.com/2013/06/bakteriologi-pewarnaan-kapsul.html?m=1

 METODE : BURRY GINS
TUJUAN : Untuk melihat kapsul bakteri
PRINSIP
Kapsul pada kuman tidak dapat mengikat zat warna, sehingga pada pemberian cat tinta cina
dan karbol fuchsin terlihat bulatan terang atau transparan dengan latar belakang gelap dan badan kuman berwarna merah dari fuchsin.

ALAT
1.       ose
2.       slide
3.       bunsen
4.       mikroskop

BAHAN
1.       sample “salmonela”
2.       karbol fuchsin
3.       tinta cina
4.       aquadest


Interpretasi hasil : KAPSUL                           : transparan
BADAN BAKTERI         : warna merah



PEMBAHASAN
Fungsi dari tinta cina yang digunakan pad pewarnaa burry gins yaitu untuk memberi warna
latar belakang pada sediaan apabila dilihat pada mikroskop. sehingga kapsul bateri yang transparan dapat terlihat. sedangkan fungsi karbol fuchsin yaitu untuk memberi warna badan bakteri. sehingga dapat dibedakan antara badan dan kapsul bakteri.

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum, hasil yg didapat adl bakteri dg dinding transparan dan badanberwarna merah dg latar hitam

praktikum bakteri " BTA"

DASAR TEORI
Bakteri tahan asam adalah bkeri yang memperahankan zat warna karbol-fuchsin, meskipun
Dicuci dengan asam alkohol. mycrobakteria adalah bakteri tidak mudah diwarnai bakteri ini tahan terhadap penghilangan warna (diklorisasi) oleh asam atau alkohol dan karena itu dinamakan basil tahan asam. pada perbenihan buatan terlihat bentuk cuccosdan filamen. mycrobakteria tidak dapat di klasifikasikan sebagai gram positif atau gram negatif.
Sifat tahan asam ini bergantung pada integritas struktur selubung berlilin.

Analisbantul.blospot.com/2012/09/pewarnaan-bta/bakteri-tahan-asam.html?m=1

Metode : Zeihl Neelsen
Tujuan : Untak mengetahui sifat bakteri yang tahan terhadap asam
PRINSIP
Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang sukar ditembus cat.
Oleh karena pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin dan lemak itu dapatditembus cat basic fuchsin. pada waktu pencucian, lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan merapat kembali. pada pencucian dengan asam alkohol warna fuchsin tidak dilepas. sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan mengambil warna biru dari methylen blue.

ALAT 
     1.       ose
     2.       slide
     3.       bunsen
     4.       mikroskop
BAHAN
     1.       sputum “positif BTA”
     2.       karbol fuchsin
     3.       asam alkohol
     4.       methylen blue
     5.       aquadest
      6.       oil imersi


Interpretasi hasil : BTA                   : Warna Merah
Non BTA         : Warna Biru
PEMBAHASAN
Menurut ziehl neelsen mycrobakterium dan beberapa spesies nocardia pada dinding selnya
Mengandung banyak zat lipoid (lemak) sehingga bersifat permiabel dengan pewarnaa biasa. bakteri tersebut tahan asam (+) terhadp pewarnaan tahan asam. pewarnaan tahan asam dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa tuberkulosis. pewarnaan tahan asam menggunakan larutan zeihl neelsen A (cat karbol fuchsin), zeihl neelsen B (alkohol asam : HCl 3% dalam metanol 95%) dan zeihl neelsen C (cat methylen blue). hasil pewarnaan maka bakteri tahan asam akan bewarna merah dan bakteri tidk tahan asam akan berwarna biru.
Kelemahan dan kelebihan dari metode ziehl neelsen yakni : latar belakang bewarna biru terang, basil merah jelas, reagen terjangkau dan mudah didapat, fenol diecerkan 5% dan tidak dipanaskan karena pemanasan dilakukan pada proses pewarnaan sedian zat warna utama maka dari itu agak lama waktu yang dibutuhkan.
Dahak yang diambil adalah dahak yang kental kunign kehijauan sebanyak 3-5 cc, dengan
waktu pengambilan sebagai berikut :
     ·         dahak sewaktu, penderita datang berobat dengan keluhan apa saja kepoliklinik
     ·         dahak pagi, yang diambil besok paginya begitu bangun tidur
     ·         dahak sewaktu, yang diambil sewaktu penderita mengandar dahak pagi tersebut.
Ludah tidak dapat diperiksa karena ludah berasal dari kelenjar dala rongga mulu. biasannya dalam ludah tidak terdapat kuman BTA.

KESIMPULAN
Karena sampel yang diperiksa adalah positif Tb, maka hasil yang didapat adalah positif yang
ditandai dengan warna merah pada bakteri dengan latar berwarna biru


Jumat, 21 Juni 2013

PERCOBAAN PENGENDAPAN PROTEIN DENGAN GARAM NETRAL

Hari, tanggal : Selasa, 18 juni 2013
DASAR TEORI
Albumin adalah protein yang dapat larut dalam serum darah dan putih telur.  Garam
Anorganik Yang digunakan dalam percobaan ini adalah ammonium sulfat. Hal ini terjadi karena ammonium sulfat memiliki tingkat lrutan yang lebih tinggi dai pada protein sehingga pada saat penambahan ammonium sulfat, ammonium sulfat akan melarut dalam air atau pelarutnya dan mendapatkan protein keluar, kembali dalam bentuk solidnya, sehingga terbentuklah protein yang terendapkan.

http://eviaws.blogspot.com /2011/03/pengendapan-protein-oleh-garam.html

TUJUAN : Untuk mengetahui percobaan pengedapan protein dengan garam netral.
ALAT
1.      Ball pipet
2.      Pipet ukur
3.      Tabung reaksi
4.      Pipet tetes
BAHAN
1.      Albumin
2.      Ammonium sulfat kristal
3.      Aquadest
4.      Larutan asam sulfat jenuh

PRINSIP : Gram-garam netral mempunyai kemampuan untuk menarik air sehingga dengan demikian molekul-molekul protein kehilangan molekul airnya yang mengakibatkan molekul-molekul protein mengadakan agregasi dan akhirnya mengendap.
CARA KERJA
Ø  Masukan 1 ml larutan protein kedalam tabung reaksi
Ø  Tambahkan 2 ml ammonium sulfat jenuh (lihat perubahan)
Ø  Tambahkan 1 ml aquadest (lihat hasilnya ada endapan/tidak)
Ø  Tambahkan ammonium sulfat jenuh secukupnya (liht perubahan)

   
HASIL PENGAMATAN
No.
Asam amino dan Reaksi
Hasil Reaksi
1.
Reaksi I : larutan protein + ammonium sufat jenuh
putih susu
2.
Reaksi II : + Aquadest
berendapan
3.
Reaksi III : + ammonium sulfat jenuh
 putih keruh tidak berendapan

 




                       

PEMBAHASAN
Larutan protein yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan putih telur
(albumin) Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas. Garam anorganik yang digunkan dalam percobaan ini adalah ammonium sulfat, hal ini terjadi karena ammonium sulfat memiliki tingkat kelarutan yang lebih tinggi dari pada protein. Sehingga paa saat penambahan ammonium sufat kan melarut dalam air atau pelarutnya dan mendesak protein keluar, kembali dalam bentuk sendirinya, sehingga terbentuklah protein yang terendapan.

KESIMPULAN
Pada uji percobaan pengendapan dengan garam netral didapatkan :
ü  Pada reaksi I : putih susu
ü  Pada reaksi II : Berandapan
ü  Pada reaksi II : putih keruh tidak berendapan

Banjarbaru, 22 juni 2013
Dosen Pengampu                                             Praktikum



(Atni P, S.Si)                                                    (Donny S.)

JUDUL PERCOBAAN : Percobaan Aktivitas Enzim Invertase



HARI, TANGGAL : Selasa, 4 juni 2013
DASAR TEORI
Enzim invertase pertama kali diisolasi dari ragi pada tahun 1960. Produksi invertase
Secara Komersial sedemikian jauh hanya berasal dari ragi saccharomyces gerrevise dan saccharmomyces calbergensis. Invertase ada yang terletak diluar sel dan ada pula yang terletak diluar sel dan masih terikat erat pada sel bersangkutan.
Enzim invertase menghidrolisis substrat berupa sukrosa pada gula bukan pereduksi produk hidrolisis berupa gula pereduksi yaitu glukosa dn fruktosa yang rasanya lebih manis dari pada sukrosa

TUJUAN :   Untuk mengetahui seberapa besar aktivitas enzim invertase sebagai katalis   dalam proses hidrolisis sukrosa pada sampel ragi.
PRINSIP :   Menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
ALAT
1.      Tabung reaksi
2.      Ball pipet
3.      Pipet ukur
4.      Rak tabung
5.      Kaca arloji
6.      Gelas ukur
7.      Beaker glass
8.      Batang pengaduk
9.      Water bath
BAHAN
1.      Ragi
2.      Sukrosa 1%
3.      Maltosa 1%
4.      Pereaksi Bennedict





HASIL
NO
REAKSI
PENGAMATAN
AWAL REAKSI
AKHIR REAKSI
1.
Lar. sukrosa 1% + ragi, dipanaskan pada WB 40C
Putih bening
Putih keruh dn terdapat endapan
2.
Lar. maltosa 1% + ragi, dipanaskan pada WB 40C
Putih bening
Putih keruh dan terdapat endapan
3.
Lar. Bennedict + ragi, dipanaskan pada WB 40C
Biru
Biru keruh dan terdapat endapan


PEMBAHASAN
Enzim invertase yang terdapat dalam ragi dapat menhidrolisis sukrosa menjadi glukosa
Dan Fruktosa. bila larutan ragi terlebih dahulu dipanaskan maka, enzim akan rusak dan tidak dapat menhidrolisis sukrosa. untuk menunjukan bahwa hidrolisis telah sempurna maka, terhadap hidrosilat dilakukan uji boffoed. apabila positif ada endapan merah bata sedangkan negatif ada endapan tapi warna tetap.
Pada praktikum tidak terdapat pada hasilnya merah bata tapi, hanya terdapat endapan dan warna hanya menjadi keruh. mungkin karena reagen yng sudah rusak (kontaminasi) atau dari sampel yang kurang baik.  

KESIMPULAN
Dari hasil praktikum didapatkan
-          Tabung pertama : sampel + lar. sukrosa, terjadi endapan dengan warna putih keruh di akhir reaksi
-          Tabung kedua : sampel + lar. maltosa, terjadi endapan dengan warna putih keruh di akhir reaksi
-          Tabung ketiga, sampel + bennedict, terhadi endapan dengan warna biru keruh di akhir reaksi


Banjarbaru, 7 juni 2013
Pembimbing Praktikum                               Praktikan


(Atni P, S.Si)                                               (Donny S.)

MATERI PRAKTIKUM : Pembuatan Indikator



HARI/TANGGAL : Sabtu/15 juni 2013
TINJAUAN PUASTAKA
 Titrasi merupakan analisa jenis volumemetri, yang mana suatu sampel akan diketahui
konsentrasinya direaksikan dengan suatu bahan lain yang diketahui jumlah molaritas (M) dan normalitas (N) zat itu dengan tepat.
Dalam titrasi diperlukan suatu penunjuk titik akhir yang biasa disebut dengan istilah indikator. Indikator adalah senyawa organik(umum) atau anorganik yang digunkan dalam titrasi untuk menetukan dan menunjukan titik akhir suatu titrasi.

ALAT
     1.      Beaker glass
     2.      Gekas ukur
     3.      Spatula
     4.      Cawan porselin
     5.      Batang pengaduk
     6.      Kaca arloji
BAHAN
     1.      K2CrO4 5%
     2.      Aquadest

HASIL
 Dari pembuatan Indikator K2CrO4 5% sebanyak 5gr kemudian dilarutkan dengan
100ml Aquadest, Berwarna Kuning.


PEMBAHASAN
Pada praktikum pembuatan Indikator Kelompok 4 shift 1 menggunakan K2CrO4 5%
Dimana Indikator tersebut tidak memiliki kisaran pH karena, indikator K2CrO4 merupakan titrasi khusus pengendapan contohnya pada titrasi Argentometri Mohr yang ada pada titik akhir titrasi bereaksi dengan larutan titrant membentuk endapan yang berwarna merah bata.
Dalam penggunaan K2CrO4 sebaiknya pH larutan dikoreksi agar berada pada pH Netral atau sedikit Alkali. Bila pH rendah ion CrO4 2- sebagian berubah menjadi Cr2O7 2- oleh karena disosiasi asam yang melepaskan ion H+ yang mana dapat mengurangi konsentrasi indikator dan menyebabkan tidak timbul endapan atau terlabat menunjukan titik akhir titrasi.



Banjarbaru, Sabtu 22 juni 2013


Dosen Pembimbing                                      Praktikan


(M. Arsyad Amd,Ak)                                   (Donny S.)